Berapa Rakaat Shalat Tarawih? 11 Atau 23, Manakah yang Benar?

Informassa - Shalat Tarawih adalah ibadah sunnah yang identik dilakukan pada bulan suci Ramadan. Shalat ini biasanya dilaksanakan pada malam hari usai mengerjakan shalat isya, dengan jumlah rakaat yang cenderung lebih banyak ketimbang sholat pada umumnya. 

Jika dilaksanakan secara berjamaah, Shalat tarawih terbagi dalam 2 sesi. Sesi pertama diisi oleh shalat tarawih itu sendiri dan sesi kedua diisi oleh shalat witir. 

Di Indonesia sendiri, terdapat perbedaan dalam melaksanakan shalat tarawih. Perbedaan ini terletak pada jumlah rakaat pelaksanaan shalat tersebut yang terbagi menjadi dua cara yang berbeda, yaitu 11 rakaat dan 23 rakaat. 

Perbedaan ini membangkitkan rasa penasaran di masyarakat sehingga tak jarang muncul pertanyaan “manakah jumlah rakaat shalat tarawih yang sesungguhnya?”.

Berikut penjelasannya.


Sholat tarawih
Sholat tarawih
Sumber Gambar: unsplash.com

Pendapat Sholat Tarawih 11 Rakaat

Dilansir dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, pelaksanaan shalat tarawih 11 rakaat berpegang pada hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah ra. yaitu :


مَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَزِيْدُ – فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ – عَلَى إحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً : يُصَلِّي أرْبَعاً فَلاَ تَسْألْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ، ثُمَّ يُصَلِّي أرْبَعاً فَلاَ تَسْألْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاثاً. فَقُلتُ: يَا رسولَ اللهِ ، أتَنَامُ قَبْلَ أنْ تُوتِرَ؟ فَقَالَ: (( يَا عَائِشَة، إنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلاَ يَنَامُ قَلْبِي مُتَّفَقٌ عَلَيْ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah (baik dalam bulan Ramadhan dan tidak pula pada bulan Lainnya) dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat rakaat, maka janganlah engkau tanyakan tentang bagus dan panjangnya rakaat tersebut. Kemudian beliau shalat empat rakaat, maka janganlah engkau tanyakan bagusnya dan panjangnya rakaat tersebut. Lalu beliau shalat tiga rakaat. Maka aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum engkau melakukan witir?’ Beliau menjawab, ‘Wahai Aisyah, sesungguhnnya mataku tidur tetapi hatiku tidak.’” (HR. Bukhari dan Muslim)


Hadits ini dipilih oleh sebagian muslim di Indonesia dalam mempraktikan shalat tarawih karena sanadnya yang kuat kepada Rasulullah SAW, dan tidak ada yang menda’ifkannya. 

Selain itu hadits tersebut juga dianggap memiliki korelasi dengan hadits shahih lainnya yang berbunyi:


صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّيْ  

“Shalatlah sebagaimana kalian melihatku shalat” (HR Bukhari)

Hadits ini menjadi penegas pelaksanaan shalat tarawih 11 rakaat sebagaimana yang disampaikan Aisyah ra. ketika melihat Rasulullah SAW melakukan ibadah shalat tarawih.


Baca juga: Apakah Sikat Gigi Saat Puasa Dapat Membatalkan Puasa?


Pendapat Sholat Tarawih 23 Rakaat

Dilansir dari NU Online, landasan pelaksanaan shalat tarawih 20 rakaat dirangkum pada buku berjudul Mausû’ah Fiqhiyyah karangan Husain Bin Audah dkk. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa shalat tarawih 20 rakaat merupakan ijma’ atau kesepakatan mayoritas ulama dari berbagai mazhab. Selengkapnya sebagai berikut.


فَذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ – مِنْ الْحَنَفِيَّةِ وَالشَّافِعِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ وَبَعْضِ الْمَالِكِيَّةِ إلَى أَنَّ التَّرَاوِيحَ عِشْرُونَ رَكْعَةً لِمَا رَوَاهُ مَالِكٌ عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ وَالْبَيْهَقِيُّ عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ مِنْ قِيَامِ النَّاسِ فِي زَمَانِ عُمَرَ رضي الله تعالى عنه بِعِشْرِينَ رَكْعَةً وَجَمَعَ عُمَرُ النَّاسَ عَلَى هَذَا الْعَدَدِ مِنْ الرَّكَعَاتِ جَمْعًا مُسْتَمِرًّا قَالَ الْكَاسَانِيُّ: جَمَعَ عُمَرُ أَصْحَابَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِي شَهْرِ رَمَضَانَ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ رضي الله تعالى عنه فَصَلَّى بِهِمْ عِشْرِينَ رَكْعَةً وَلَمْ يُنْكِرْ عَلَيْهِ أَحَدٌ فَيَكُونُ إجْمَاعًا مِنْهُمْ عَلَى ذَلِكَ. وَقَالَ الدُّسُوقِيُّ وَغَيْرُهُ: كَانَ عَلَيْهِ عَمَلُ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ. وَقَالَ ابْنُ عَابِدِينَ: عَلَيْهِ عَمَلُ النَّاسِ شَرْقًا وَغَرْبًا. وَقَالَ عَلِيٌّ السَّنْهُورِيُّ: هُوَ الَّذِي عَلَيْهِ عَمَلُ النَّاسِ وَاسْتَمَرَّ إلَى زَمَانِنَا فِي سَائِرِ الْأَمْصَارِ وَقَالَ الْحَنَابِلَةُ: وَهَذَا فِي مَظِنَّةِ الشُّهْرَةِ بِحَضْرَةِ الصَّحَابَةِ فَكَانَ إجْمَاعًا وَالنُّصُوصُ فِي ذَلِكَ كَثِيرَةٌ. (الموسوعة الفقهية . ج ٢٧ ص ١٤٢) ـ 

 “Menurut pendapat jumhur (mayoritas ulama Hanafiyah, Syafi’iyah, Hanabilah, dan sebagian Malikiyah), shalat tarawih adalah 20 rakaat berdasar hadist yang telah diriwayatkan Malik bin Yazid bin Ruman dan Imam al-Baihaqi dari Sa’ib bin Yazid tentang shalatnya umat Islam di masa Sayyidina Umar bin Khattab radliyallahu ‘anh, yakni 20 rakaat. Umar mengumpulkan orang-orang untuk melakukan tarawih 20 rakaat secara berjamaah dan masih berlangsung hingga sekarang. Imam al-Kasani berkata, ‘Umar telah mengumpulkan para sahabat Rasulullah, lantas Ubay bin Ka’ab mengimami mereka shalat 20 rakaat, dan tidak ada satu orang pun yang mengingkarinya, maka hal itu sudah menjadi ijma’ (kesepakatan) mereka.’  Imam Ad-Dasukyi dan lainnya berkata, ‘Itulah yang dilakukan para sahabat dan tabi’in.’ Imam Ibnu ‘Abidin berkata, ‘Itulah yang dilakukan orang-orang mulai dari bumi timur sampai bumi barat.’ ‘Ali As-Sanhuri berkata, ‘Itulah yang dilakukan orang-orang sejak dulu sampai masaku dan masa yang akan datang selamanya.’ Para ulama mazhab Hanbali mengatakan, ‘Hal sudah menjadi keyakinan yang masyhur di masa para sahabat, maka ini merupakan ijma’ dan banyak dalil-dalil nash yang menjelaskannya.’” 


Adapun salah satu referensi yang digunakan dalam buku tersebut diambil dari hadits riwayat Imam Malik yang berbunyi :

 

عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ قَالَ: كَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ فِي زَمَنِ عُمَرَرضي الله عنه فِي رَمَضَانَ بِثَلاَثٍ وَعِشْرِينَررَكْعَةً

 

“Dari Yazid bin Ruman telah berkata, ‘Manusia senantiasa melaksanakan shalat pada masa Umar radliyallahu ‘anh di bulan Ramadhan sebanyak 23 rakaat (20 rakaat tarawih, disambung 3 rakaat witir),” (HR Malik).


Demikianlah dalil yang digunakan dari masing-masing cara terkait pelaksanaan shalat tarawih. Kedua cara tersebut memiliki landasan atau dalil yang kuat sehingga dapat dijadikan pegangan dalam mengaplikasikan ibadah shalat tarawih. 

Terkait adanya perbedaan dalam melaksanakan shalat tarawih termasuk dalam masalah khilafiyah furu’iyah (cabang ibadah) yang mana bukanlah merupakan suatu hal yang dapat membatalkan keimanan seseorang selama memiliki dalil yang kuat dalam melaksanakan suatu ibadah. 


Wallahua’alam. 




Lebih baru Lebih lama