Istilah "ngabuburit" merujuk pada kegiatan untuk mengisi waktu dengan berbagai aktivitas sambil menunggu waktu berbuka puasa tiba. Kegiatannya pun beragam, mulai dari bermain bersama teman-teman, mengikuti kegiatan religius seperti tadarus Al-Quran, berburu takjil, hingga sekadar bersantai menikmati suasana sore. dan ternyata ngabuburit hanya ada di indonesia yang sampai sekarang masih menjadi kegiatan rutin umat muslim di indonesia yang sedang menjalani kegiatan ibadah puasa ramadhan.
Ilustrasi berburu takjil, Sumber : freeepik.com
Tradisi ngabuburit menjadi momen yang dinantikan oleh banyak orang, terutama anak-anak dan remaja, sebagai waktu untuk berkumpul dan menghabiskan waktu bersama. Tradisi ngabuburit juga memiliki nilai sosial dan budaya yang kuat, karena memperkokoh ikatan antarindividu dan mempererat hubungan antargenerasi. Selain itu, ngabuburit juga menjadi ajang untuk berbagi kebahagiaan dengan sesama, baik dalam bentuk makanan dan minuman untuk berbuka puasa maupun dalam bentuk aktivitas sosial lainnya. Dengan begitu, ngabuburit tidak hanya menjadi ritual menunggu berbuka puasa, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang sarat akan nilai kebersamaan, kepedulian, dan solidaritas.
Pengertian Ngabuburit
Ilustrasi ngabuburit, Sumber : freeepik.com
Merujuk pada kamus bahasa Sunda terbitan Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS). Istilah ngabuburit berasal dari ungkapan “ngalantung ngadagoan burit,” yang artinya “bersantai sambil menunggu sore hari”. Sedangkan dalam kamus bahasa Sunda-Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1985, kata "burit" berarti "senja" dan kata "ngabuburit" berarti "jalan-jalan sambil menunggu sore hari. Adat Ngabuburit ini sudah ada setidaknya sejak tahun 1980-an.
Sejarah Ngabuburit
Pada masa itu, istilah "Ngabuburit" biasa digunakan di kalangan muda-mudi kelahiran dan besar di Tanah Pasundan, khususnya di Kota Bandung yang sering diadakan acara-acara musik bernama "Ngabuburit". Acara tersebut dinilai sarat dengan unsur keislaman, mulai dari pengisi acara hingga penonton yang berkumpul untuk berbuka puasa. Tren ini akhirnya menyebar dengan nama Ngabuburit.
Dalam jurnal M Fajar dkk. yang berjudul “Kajian Tradisi Keagamaan Masyarakat Kota Bandung di Bulan Ramadhan 1990-2000” (2018) menjelaskan, warga Bandung punya banyak pilihan untuk menghabiskan waktu di Ngabuburit. Sementara itu Menurut Pak M. Fajar, dari tahun 1990 hingga 2000, warga Bandung pergi ke taman, berenang dan memancing di Cikapundung, mandi di pemandian umum, menggali sumur di dekat alun-alun, dan lain-lain.
Sumber: narasi.tv